PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KEPEMIMPINAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah :
Kepemimpinan
Dosen Pengampu : Akhmad Suprianto S.E., M.M.
Oleh :
M.Wisnu Maulana D.S.P.S (1710312610032)
Semester V
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
Kata Pengantar
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT karena berkat karunia dan
rahmat-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pendekatan dalam Kepemimpinan”.
Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi
melainkan Allah SWT. Dialah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kami
juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sholawat serta semoga
senantiasa tercurah kepada beliau, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, para
tabi’in serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sejak dahulu setiap kemajuan organisasi
selalu dimotori oleh seorang pemimpin yang berpengaruh. Dalam mewujudkan
kepemimpinan yang efektif pun tentunya tak terlepas dari berbagai teori atau
pendekatan-pendekatan kepemimpinan yang nantinya akan disesuaikan dengan apa
yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi. Dalam makalah ini, kami akan
menjelaskan dan menjabarkan apa saja pendekatan-pendekatan tersebut, dan bagaimana
pula masa depan teori kepemimpinan ini nantinya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu kami mohon kritik dan saran konstruktif guna penulisan selanjutnya
menjadi lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi semua orang. Terima kasih.
Banjarmasin, 12 Oktober 2019
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
I.
Pendahuluan 1
II.
Pembahasan
A. Pendekatan pada Sifat Kepemimpinan 2
B. Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan 3
C. Pendekatan Kontingensi pada Kepemimpinan 5
D. Pendekatan Tingkah Laku dari Kouzes 6
E. Penelitian Pada Karakteristik Pribadi Karyawan 7
F. Masa Depan Teori Kepemimpinan 8
III.
Penutup 11
IV.
Daftar Pustaka 12
BAB
I
PENDAHULUAN
Di dalam sebuah organisasi, peran seorang pemimpin
begitu sangat urgensi. Karena pada dasarnya, manajemen atau administrasi
organisasi tentunya akan sangat dipengaruhi oleh tindak-tanduknya pemimpin.
Terkait kepemimpinan, sesungguhnya baru dapat berjalan jika seorang pemimpin
berusaha untuk mempengaruhi orang lain, baik lewat arahan, himbauan, saran,
bimbingan, dan sebagainya.
Kepemimpinan yang sangat diharapkan tentunya yang
bersifat efektif. Guna mencapainya, maka sudah selayaknya sifat kepemimpinan
harus berubah jika terjadi perubahan pada tugas kelompok, komposisi orang dalam
kelompok atau pada situasi kelompok.
Selain itu, untuk menjalankan kepemimpinan secara
efektif perlu adanya pemahaman terkait pendekatan-pendekatan apa saja yang ada
di dalam sebuah teori kepemimpinan. Pendekatan-pendekatan tersebut diantaranya,
pendekatan sifat, tingkah laku, dan kontingensi pada kepemimpinan.
Lebih jauh lagi, dalam makalah ini juga akan membahas
seperti apa pendekatan tingkah laku menurut Kouzes, karakteristik seorang
karyawan, serta bagaimana masa depan teori kepemimpinan nantinya.
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait
berbagai pendekatan kepemimpinan tersebut, harapannya kita dapat memilih dan
mengaplikasikan mana pendekatan yang menurut kita sesuai dengan apa yang kita
butuhkan. Hingga dalam implementasinya, terwujud suatu sistem kepemimpinan yang
efektif dan efisien serta mampu membawa organisasi menuju perubahan yang lebih
baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan pada Sifat Kepemimpinan
Pendekatan sifat merupakan salah satu
pendekatan lama dalam mempelajari tentang kepemimpinan. Dalam bukunya pak Wukir[1],
disebutkan bahwa pendekatan ini berkembang dari teori “Great Man” yang
merupakan teori awal mengenai sifat-sifat pemimpin di zaman Yunani kuno dan
Roma.
Teori ini menegaskan bahwa kualitas
kepemimpinan diwariskan, terutama oleh orang-orang dari kelas atas. Orang-orang
pada zaman itu percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, tidak diciptakan (leaders are born, not made).
Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang
menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena
dibuat atau dilatih.
Pendekatan sifat menekankan kualitas
pribadi pemimpin dan fokus terhadap atribut yang membedakan pemimpin dari yang
bukan pemimpin. Karena bagaimanapun, keberhasilan suatu organisasi tergantung
dari bagaimana sifat pemimpinnya
Masih dalam buku yang sama, ada kutipan
dari seorang tokoh bernama Stogdill (1948)[2]
:
Stogdill melakukan review terhadap literature sifat-sifat kepemimpinan
menunjukkan adanya asosiasi dengan faktor-faktor yang olehnya diklasifikasikan
ke dalam kapasitas (kecerdasan, kewaspadaan, fasilitas verbal, originalitas,
keputusan), prestasi (beasiswa, pengetahuan, prestasi atletik), tanggung jawab
(kebergantungan, inisiatif, ketekunan, sikap agresif, kepercayaan diri,
keinginan untuk unggul) dan status (posisi sosio-ekonomi, popularitas). Namun,
premis dasar dari pendekatan sifat-sifat yaitu “seseorang harus mempunyai
seperangkat sifat-sifat khusus untuk diidentifikasikan sebagai pemimpin” tidak
dapat dibuktikan.
Pada review kedua, Stogdill mengambil faktor
penting lainnya untuk dipertimbangkan yaitu situasi (level mental, status,
keahlian, kebutuhan dan ketertarikan pengikut, tujuan yang akan dicapai, dll).
Dari sini, ia menemukan hubungan yang lebih kuat lagi yang meningkatkan
kemungkinan menjadi pemimpin yang efektif.[3]
Selama ini, berbagai penelitian telah
dilakukan namun para peneliti hingga sekarang belum menemukan sifat yang
konsisten membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin. Selain itu, pada dasarnya
pemimpin yang efektif tidak didasarkan pada sifat manusia tertentu tetapi
terletak seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang
dihadapinya.
B.
Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan
Dari akhir tahun 1940-an, fokus penelitian
mulai berubah menjadi tingkah laku kepemimpinan. Para peneliti tertarik untuk
mengidentifikasi perilaku pemimpin yang meningkatkan keefektifan bawahannya.
Dengan adanya perubahan fokus penelitian ini, opini awal mengenai pemimpi
dengan kualitas yang baik harus dipilih berubah menjadi opini bahwa dengan mengetahui
perilaku kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat dilatih agar sukses
(Bryman, 1992).[4]
Perilaku kepemimpinan merupakan usaha
mempengaruhi yang teramati secara empiris yang bervariasi tergantung situasi,
dimana gaya kepemimpinan menunjukkan jangka panjang, pola perilaku situasional
invariant (Staehle, 1999).[5]
Terkadang, pendekatan perilaku juga
disamakan artinya dengan pendekatan gaya. Sikap dan gaya kepemimpinan itu
menurut Ngalim Purwanto akan tampak dalam kegiatannya sehari-hari, seperti cara
member perintah, membagi tugas dan wewenangnya, dan lain sebagainya.[6]
Adapun beberapa gaya kepemimpinan,
diantaranya:[7]
a. Kepemimpinan Otoriter
Yakni jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pemimpin atau kalau pemimpin itu menganut system
sentralisasi wewenang. Orientasinya difokuskan hanya untuk peningkatan
produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan
kesejahteraan bawahan.
Selain itu menurut Tannenbaum dan Schmid, kepemimpinan
ini orientasinya juga hanya diarahkan kepada tugas dan tercapainya tujuan
organisasi atau lembaga.[8]
b. Kepemimpinan Partisipatif
Yakni apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan
cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan
partisipasi para bawahan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong
kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu
membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
c. Kepemimpinan Delegatif
Yakni apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang
kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil
keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa. Dalam hal ini, bawahan
dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis
(kemauan).
Perilaku hubungan didefinisikan sebagai perilaku
pemimpin yang melakukan komunikasi dua arah atau banyak arah. Situasi yang
dimaksud dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Beberapa faktor dalam situasi yang
mempengaruhi efektivitas pemimpin adalah: pemimpin, pengikut, rekan di posisi
kunci, organisasi, tujuan jabatan, dan waktu pengambilan keputusan.[9]
Menurut Blake dan Mouton, ada lima perilaku
kepemimpinan:[10]
1. Impoverished Management
2. Country Club Management
3. Task or Authoritarian Management
4. Middle-Road Managemet
5. Team or Democratic Managemet
C.
Pendekatan Kontingensi pada Kepemimpinan
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah
cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara
teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk
melangkah, keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan
menuju kondisi situasional.[11]
Apabila dirumuskan secara formal,
pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya untuk menentukan melalui
kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat
dalam situasi tertentu. Maka menurut pendekatan kontingensi, situasi-situasi
yang berbeda mengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
Salah satu faktor yang menunjukkan adanya
perbedaan situasi organisasi adalah tingkat kematangan dan perilaku kelompok
atau bawahan.
Ada 3 macam pendekatan kontingensi:
1. Model kepemimpinan kontingensi dari
Friedler
Disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan
bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektivitas kinerja kelompok tergantung pada
cara atau gaya kepemimpinan dan kesesuaian situasi yang dihadapinya.
2. Model tiga dimensi kepemimpinan dari William
J. Reddin[12]
Model ini menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu:
a. Gaya dasar (pemisah, pengabdi, penghubung,
terpadu)
b. Gaya efektif dalam satu kesatuan (birokrat,
bijaksana, pengembang, eksekutif)
c. Gaya tidak efektif (pelan, otokrat,
penganjur, kompromis)
3. Model kontinum kepemimpinan dari Vroom dan
Yetton[13]
Ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin
untuk mengikutsertakan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan
keputusan, yakni:
a. Tingkat keefektifan teknis diantara para bawahan
b. Tingkat motivasi serta dukungan para
bawahan
D.
Pendekatan Tingkah Laku dari Kouzes
Kepemimpinan
merupakan hal yang penting dalam organisasi, karena menyangkut hubungan antara
pemimpin dengan anggota.
Dalam
pendekatan tingkah laku kepemimpinan dari Kouzes adalah ia meyakini bahwa suatu
kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat
dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima.
Kouzes
mengemukakan bahwa, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup
yang dihasilkan dari “mutu pribadi total” ditambah “kendali mutu total”
ditambah “mutu kepemimpinan”. Berdasarkan penelitiannya, ditemukan bahwa
terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan
unggul, yaitu;
1.
pemimpin
yang menantang proses
2.
memberikan
inspirasi wawasan bersama
3.
memungkinkan
orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi
4.
mampu
menjadi penunjuk jalan
5.
memotivasi
bawahan.
E.
Penelitian Pada Karakteristik Pribadi Karyawan
Bila
semua karyawan diperusahaan mampu bekerja dengan etos kerja terbaik, maka
budaya perusahaan akan bertransformasi menjadi budaya high trust. Budaya high
trust akan menghasilkan kredibilitas yang menciptakan rasa percaya setiap
stakeholder kepada reputasi perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus memiliki tindakan
nyata untuk menanam etos kerja yang berkualitas di dalam DNA organisasi.
Penanaman ini harus dimulai dari mind set setiap karyawan dan pimpinan
perusahaan.
Pada
umumnya, karyawan – karyawan yang beretos kerja terbaik itu akan berperilaku
atau pun berciri-ciri seperti.
1.
Mereka
akan bekerja untuk membangun reputasi dan kredibilitas dirinya, agar dirinya
dihargai perusahaan. Mereka sadar bahwa prestasi dan karir kerja mereka hanya
akan berjalan baik, bila mereka mampu berdedikasi total kepada pekerjaan mereka.
2.
Mereka
sangat loyal kepada pimpinan dan perusahaan. Mereka juga tidak pernah
hitung-hitungan jam kerja. Apa pun kejadiannya, mereka akan mengutamakan
tanggung jawab pekerjaannya secara maksimal.
3.
Mereka
bergabung ke perusahaan dengan membawa misi dan visi pribadi mereka. Yang
pasti, mereka akan menggunakan perusahaan sebagai kendaraan untuk memperbaiki
kualitas hidup mereka, baik itu dari sisi finansial, maupun dari sisi status
sosial mereka.
4.
Mereka
selalu fokus dan memiliki Komitmen tinggi untuk menjalankan semua rencana kerja
perusahaan secara total dan berkualitas. Mereka akan mendedikasikan dirinya
untuk bekerja keras mengejar target-target yang diberikan perusahaan.
5.
Demi
untuk keberhasilan perusahaan, mereka selalu bekerja dengan cara melakukan kolaborasi,
koordinasi, komunikasi dengan atasan dan bawahan mereka.
F.
Masa Depan Teori Kepemimpinan
Fokus konsep kepemimpinan telah banyak
berubah selama beberapa periode peneltian. Namun, beberapa tendensi tertentu
masih dapat diidentifikasi.
Bryman (1992)[14]
secara kasar membagi penelitian kepemimpinan menjadi emapat decade, yakni:
1. Hingga akhir 1940an : Pendekatan
sifat-sifat
2. Akhir 1940an hingga akhir 1960an :
Pendekatan perilaku
3. Akhir 1960an hingga awal 1980an :
Pendekatan kontingensi
4. Sejak awal 1980an : pendekatan kepemimpinan
yang baru (kepemimpinan transformasional dan karismatik)
Meskipun tren penelitian telah berubah
selama beberapa tahun ini, setiap tahapan baru tidak meberikan informasi
mengenai kematian pendahulunya melainkan memberikan indikasi adanya perubahan
dalam penekanan dan pandangan. Pendekatan kepemimpinan yang baru, sebagai
contoh merujuk karisma dan perilaku kepemimpinan dan oleh karena itu
menggabungkan pandangan dua dekade pertama dengan teori yang baru. Menurut
literatur, usaha untuk mengorganisasikan pendekatan utama mengenai kepemimpinan
hanya setengah sukses.(Yulk, 2002).[15]
Sejalan dengan penelitian-penelitian
terdahulu, tak dapat dipungkiri bahwa teori kepemimpinan memang akan terus
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zamannya.
Dinamika lingkungan kini dengan
perubahan-perubahan yang mengalir begitu cepat, kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi, transportasi serta teknologi di bidang manufaktur juga turut
menjadi faktor pengaruh dalam perubahan teori kepemimpinan. Karena dalam era
global seperti saat ini, dunia seakan menjadi tanpa batas, mobilitas sumberdaya
menjadi semakin cepat, informasi menjadi instan, maka organisasi tentunya akan
dihadapkan pada berbagai peluang dan sekaligus tantangan yang semakin kompleks.[16]
Dalam menciptakan keunggulan dari
persaingan organisasi, kini lebih difokuskan pada persaingan sumber daya dan
kompetensi. Intinya, organisasi harus selalu harmoni dengan perubahan dan
berpandangan jauh ke depan sehingga tidak selalu tertinggal dengan perubahan,
sebaliknya akan menjadi pemimpin perubahan itu sendiri.
Dalam kondisi tersebut, tentulah seorang
pemimpin yang akan memainkan peranan pentingnya. Dan menarik untuk dicermati
bahwa hampir setiap aspek kerja dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan
(Overton, 2002). Artinya, kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan sebuah
organisasi dalam membangun kapabilitas dan kompetensinya untuk memenangkan
persaingan secara berkelanjutan.
Adapun tipe kepemimpinan yang sekiranya
dibutuhkan untuk mengawal sebuah organisasi dalam menghadapi era masa depan
yang tentunya penuh peluang dan juga tantangan, diantaranya :
1. Pemimpin yang memiliki visi jauh kedepan
2. Pemimpin yang memiliki sense of change yang tinggi
3. Pemimpin yang sadar akan posisinya di
tengah-tengah lingkungan yang terus berubah
4. Pemimpi yang tidak hanya menjadi agen
perubahan tetapi sekaligus memimpin perubahan itu sendiri
5. Pemimpin strategis yang memiliki sense of business yang tinggi, mampu
bertindak proaktif, kreatif dan inovatif
6. Pemimpin yang mampu menumbuhkan motivasi
seluruh elemen organisasi
7. Pemimpin yang mampu mendesain tata kelola
organisasi yang baru untuk dapat memuaskan seluruh stakeholdernya
8. Pemimpin yang mampu keluar dari tradisi
organisasi yang memang sudah tidak relevan
9. Pemimpin yang berani berfikir beda untuk
menciptakan peluang dan mewujudkan mimpi organisasi
10. Pemimpin yang memiliki mindset yang holistik (lintas budaya, lintas fungsi, lintas bahasa,
dan lintas kapabilitas)
BAB III
PENUTUP
Dari apa yang telah diuraikan tentang
pendekatan atau teori model-model kepemimpinan, membuat kita semakin jelas
bahwa dari berbagai pendekatan-pendekatan muncul berbagai macam gaya yang
dihasilkan dari berbagai penelitian atau observasi yang dilakukan di zamannya.
Hal ini membuat kita mudah untuk
mengklasifikasikan berbagai tipe kepemimpinan dengan berbagai perilaku pemimpin
yang terjadi di lapangan. Dan tentunya, hal yang paling penting adalah
bagaimana mensinergikan berbagai pendekatan kepemimpinan tersebut, baik sifat,
perilaku maupun kontingensi untuk memajukan sebuah organisasi menjadi lebih
baik lagi.
Teori kepemimpinan memang akan selalu
mengalami perkembangan dan perubahan agar sesuai dengan zamannya. Untuk
menghadapi itu semua tentu sebagai seorang pemimpin harus mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan porsinya, terus mengembangkan diri.
Dan bagi para karyawan atau pegawai juga
harus mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik karyawan yang baik
sehingga antara pemimpin dan karyawan terjadi sebuah sinergi dalam menajalankan
sebuah organisasi, terutama untuk menghadapi era masa depan yang tentunya akan
semakin kompleks lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Amirullah dan Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Hasibuan,
Malayu S,P, 2002. Manajemen Suber Daya
Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara
Purwanto, M.
Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wukir. 2013.
Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi Sekolah. Yogyakarta: Multi Presindo
Internet :
http://arimahfuddin.blogspot.com/2013/08/makalah-pendekatan-kontingensi.html (Sabtu, 15/3/2014, 20.00 WIB)
subliyanto.wordpress.com
[1] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi Sekolah, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), hal. 139
[6] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 32
[10] Ibid, hal. 37-38
[11] http://arimahfuddin.blogspot.com/2013/08/makalah-pendekatan-kontingensi.html (Sabtu, 15/3/2014, 20.00 WIB
[14] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi Sekolah, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), hal.137