Jumat, 11 Oktober 2019

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KEPEMIMPINAN



PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KEPEMIMPINAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah :
Kepemimpinan
Dosen Pengampu : Akhmad Suprianto S.E., M.M.



Oleh :
M.Wisnu Maulana D.S.P.S (1710312610032)

Semester V

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019


Kata Pengantar

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT karena berkat karunia dan rahmat-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pendekatan dalam Kepemimpinan”.
Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi melainkan Allah SWT. Dialah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kami juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sholawat serta semoga senantiasa tercurah kepada beliau, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, para tabi’in serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sejak dahulu setiap kemajuan organisasi selalu dimotori oleh seorang pemimpin yang berpengaruh. Dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif pun tentunya tak terlepas dari berbagai teori atau pendekatan-pendekatan kepemimpinan yang nantinya akan disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan dan menjabarkan apa saja pendekatan-pendekatan tersebut, dan bagaimana pula masa depan teori kepemimpinan ini nantinya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kami mohon kritik dan saran konstruktif guna penulisan selanjutnya menjadi lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi semua orang. Terima kasih.

                                                               Banjarmasin, 12 Oktober 2019

                                                                           Penyusun




Daftar Isi

Halaman Judul                                                                                                   i
Kata Pengantar                                                                                                   ii
Daftar Isi                                                                                                            iii
I.                   Pendahuluan                                                                                         1
II.                Pembahasan
A. Pendekatan pada Sifat Kepemimpinan                                           2
B. Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan                             3
C. Pendekatan Kontingensi pada Kepemimpinan                                5
D. Pendekatan Tingkah Laku dari Kouzes                                           6
E. Penelitian Pada Karakteristik Pribadi Karyawan                             7
F. Masa Depan Teori Kepemimpinan                                                   8
III.             Penutup                                                                                                11
IV.             Daftar Pustaka                                                                                      12
















BAB I
PENDAHULUAN

Di dalam sebuah organisasi, peran seorang pemimpin begitu sangat urgensi. Karena pada dasarnya, manajemen atau administrasi organisasi tentunya akan sangat dipengaruhi oleh tindak-tanduknya pemimpin. Terkait kepemimpinan, sesungguhnya baru dapat berjalan jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi orang lain, baik lewat arahan, himbauan, saran, bimbingan, dan sebagainya.
Kepemimpinan yang sangat diharapkan tentunya yang bersifat efektif. Guna mencapainya, maka sudah selayaknya sifat kepemimpinan harus berubah jika terjadi perubahan pada tugas kelompok, komposisi orang dalam kelompok atau pada situasi kelompok.
Selain itu, untuk menjalankan kepemimpinan secara efektif perlu adanya pemahaman terkait pendekatan-pendekatan apa saja yang ada di dalam sebuah teori kepemimpinan. Pendekatan-pendekatan tersebut diantaranya, pendekatan sifat, tingkah laku, dan kontingensi pada kepemimpinan.
Lebih jauh lagi, dalam makalah ini juga akan membahas seperti apa pendekatan tingkah laku menurut Kouzes, karakteristik seorang karyawan, serta bagaimana masa depan teori kepemimpinan nantinya.
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait berbagai pendekatan kepemimpinan tersebut, harapannya kita dapat memilih dan mengaplikasikan mana pendekatan yang menurut kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Hingga dalam implementasinya, terwujud suatu sistem kepemimpinan yang efektif dan efisien serta mampu membawa organisasi menuju perubahan yang lebih baik lagi.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pendekatan pada Sifat Kepemimpinan
Pendekatan sifat merupakan salah satu pendekatan lama dalam mempelajari tentang kepemimpinan. Dalam bukunya pak Wukir[1], disebutkan bahwa pendekatan ini berkembang dari teori “Great Man” yang merupakan teori awal mengenai sifat-sifat pemimpin di zaman Yunani kuno dan Roma.
Teori ini menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan diwariskan, terutama oleh orang-orang dari kelas atas. Orang-orang pada zaman itu percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, tidak diciptakan (leaders are born, not made).
Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih.
Pendekatan sifat menekankan kualitas pribadi pemimpin dan fokus terhadap atribut yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Karena bagaimanapun, keberhasilan suatu organisasi tergantung dari bagaimana sifat pemimpinnya
Masih dalam buku yang sama, ada kutipan dari seorang tokoh bernama Stogdill (1948)[2] :
Stogdill melakukan review terhadap literature sifat-sifat kepemimpinan menunjukkan adanya asosiasi dengan faktor-faktor yang olehnya diklasifikasikan ke dalam kapasitas (kecerdasan, kewaspadaan, fasilitas verbal, originalitas, keputusan), prestasi (beasiswa, pengetahuan, prestasi atletik), tanggung jawab (kebergantungan, inisiatif, ketekunan, sikap agresif, kepercayaan diri, keinginan untuk unggul) dan status (posisi sosio-ekonomi, popularitas). Namun, premis dasar dari pendekatan sifat-sifat yaitu “seseorang harus mempunyai seperangkat sifat-sifat khusus untuk diidentifikasikan sebagai pemimpin” tidak dapat dibuktikan.
Pada review kedua, Stogdill mengambil faktor penting lainnya untuk dipertimbangkan yaitu situasi (level mental, status, keahlian, kebutuhan dan ketertarikan pengikut, tujuan yang akan dicapai, dll). Dari sini, ia menemukan hubungan yang lebih kuat lagi yang meningkatkan kemungkinan menjadi pemimpin yang efektif.[3]

Selama ini, berbagai penelitian telah dilakukan namun para peneliti hingga sekarang belum menemukan sifat yang konsisten membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin. Selain itu, pada dasarnya pemimpin yang efektif tidak didasarkan pada sifat manusia tertentu tetapi terletak seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.

B.       Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan
Dari akhir tahun 1940-an, fokus penelitian mulai berubah menjadi tingkah laku kepemimpinan. Para peneliti tertarik untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin yang meningkatkan keefektifan bawahannya. Dengan adanya perubahan fokus penelitian ini, opini awal mengenai pemimpi dengan kualitas yang baik harus dipilih berubah menjadi opini bahwa dengan mengetahui perilaku kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat dilatih agar sukses (Bryman, 1992).[4]
Perilaku kepemimpinan merupakan usaha mempengaruhi yang teramati secara empiris yang bervariasi tergantung situasi, dimana gaya kepemimpinan menunjukkan jangka panjang, pola perilaku situasional invariant (Staehle, 1999).[5]
Terkadang, pendekatan perilaku juga disamakan artinya dengan pendekatan gaya. Sikap dan gaya kepemimpinan itu menurut Ngalim Purwanto akan tampak dalam kegiatannya sehari-hari, seperti cara member perintah, membagi tugas dan wewenangnya, dan lain sebagainya.[6]
 Adapun beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya:[7]
a.       Kepemimpinan Otoriter
Yakni jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pemimpin atau kalau pemimpin itu menganut system sentralisasi wewenang. Orientasinya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.
Selain itu menurut Tannenbaum dan Schmid, kepemimpinan ini orientasinya juga hanya diarahkan kepada tugas dan tercapainya tujuan organisasi atau lembaga.[8]
b.      Kepemimpinan Partisipatif
Yakni apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
c.       Kepemimpinan Delegatif
Yakni apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa. Dalam hal ini, bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan).
Perilaku hubungan didefinisikan sebagai perilaku pemimpin yang melakukan komunikasi dua arah atau banyak arah. Situasi yang dimaksud dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Beberapa faktor dalam situasi yang mempengaruhi efektivitas pemimpin adalah: pemimpin, pengikut, rekan di posisi kunci, organisasi, tujuan jabatan, dan waktu pengambilan keputusan.[9]
Menurut Blake dan Mouton, ada lima perilaku kepemimpinan:[10]
1.      Impoverished Management
2.      Country Club Management
3.      Task or Authoritarian Management
4.      Middle-Road Managemet
5.      Team or Democratic Managemet

C.      Pendekatan Kontingensi pada Kepemimpinan
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah, keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional.[11]
Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi tertentu. Maka menurut pendekatan kontingensi, situasi-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
Salah satu faktor yang menunjukkan adanya perbedaan situasi organisasi adalah tingkat kematangan dan perilaku kelompok atau bawahan.
Ada 3 macam pendekatan kontingensi:
1.      Model kepemimpinan kontingensi dari Friedler
Disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektivitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan dan kesesuaian situasi yang dihadapinya.
2.      Model tiga dimensi kepemimpinan dari William J. Reddin[12]
Model ini menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu:
a.       Gaya dasar (pemisah, pengabdi, penghubung, terpadu)
b.      Gaya efektif dalam satu kesatuan (birokrat, bijaksana, pengembang, eksekutif)
c.       Gaya tidak efektif (pelan, otokrat, penganjur, kompromis)
3.      Model kontinum kepemimpinan dari Vroom dan Yetton[13]
Ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, yakni:
a.       Tingkat keefektifan teknis diantara para bawahan
b.      Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan

D.      Pendekatan Tingkah Laku dari Kouzes
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam organisasi, karena menyangkut hubungan antara pemimpin dengan anggota.
Dalam pendekatan tingkah laku kepemimpinan dari Kouzes adalah ia meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima.
Kouzes mengemukakan bahwa, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup yang dihasilkan dari “mutu pribadi total” ditambah “kendali mutu total” ditambah “mutu kepemimpinan”. Berdasarkan penelitiannya, ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu;
1.    pemimpin yang menantang proses
2.    memberikan inspirasi wawasan bersama
3.    memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi
4.    mampu menjadi penunjuk jalan
5.    memotivasi bawahan.

E.       Penelitian Pada Karakteristik Pribadi Karyawan
Bila semua karyawan diperusahaan mampu bekerja dengan etos kerja terbaik, maka budaya perusahaan akan bertransformasi menjadi budaya high trust. Budaya high trust akan menghasilkan kredibilitas yang menciptakan rasa percaya setiap stakeholder kepada reputasi perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus memiliki tindakan nyata untuk menanam etos kerja yang berkualitas di dalam DNA organisasi. Penanaman ini harus dimulai dari mind set setiap karyawan dan pimpinan perusahaan.
Pada umumnya, karyawan – karyawan yang beretos kerja terbaik itu akan berperilaku atau pun berciri-ciri seperti.
1.      Mereka akan bekerja untuk membangun reputasi dan kredibilitas dirinya, agar dirinya dihargai perusahaan. Mereka sadar bahwa prestasi dan karir kerja mereka hanya akan berjalan baik, bila mereka mampu berdedikasi total kepada pekerjaan mereka.
2.      Mereka sangat loyal kepada pimpinan dan perusahaan. Mereka juga tidak pernah hitung-hitungan jam kerja. Apa pun kejadiannya, mereka akan mengutamakan tanggung jawab pekerjaannya secara maksimal.
3.      Mereka bergabung ke perusahaan dengan membawa misi dan visi pribadi mereka. Yang pasti, mereka akan menggunakan perusahaan sebagai kendaraan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka, baik itu dari sisi finansial, maupun dari sisi status sosial mereka.
4.      Mereka selalu fokus dan memiliki Komitmen tinggi untuk menjalankan semua rencana kerja perusahaan secara total dan berkualitas. Mereka akan mendedikasikan dirinya untuk bekerja keras mengejar target-target yang diberikan perusahaan.
5.      Demi untuk keberhasilan perusahaan, mereka selalu bekerja dengan cara melakukan kolaborasi, koordinasi, komunikasi dengan atasan dan bawahan mereka.

F.       Masa Depan Teori Kepemimpinan
Fokus konsep kepemimpinan telah banyak berubah selama beberapa periode peneltian. Namun, beberapa tendensi tertentu masih dapat diidentifikasi.
Bryman (1992)[14] secara kasar membagi penelitian kepemimpinan menjadi emapat decade, yakni:
1.      Hingga akhir 1940an : Pendekatan sifat-sifat
2.      Akhir 1940an hingga akhir 1960an : Pendekatan perilaku
3.      Akhir 1960an hingga awal 1980an : Pendekatan kontingensi
4.      Sejak awal 1980an : pendekatan kepemimpinan yang baru (kepemimpinan transformasional dan karismatik)
Meskipun tren penelitian telah berubah selama beberapa tahun ini, setiap tahapan baru tidak meberikan informasi mengenai kematian pendahulunya melainkan memberikan indikasi adanya perubahan dalam penekanan dan pandangan. Pendekatan kepemimpinan yang baru, sebagai contoh merujuk karisma dan perilaku kepemimpinan dan oleh karena itu menggabungkan pandangan dua dekade pertama dengan teori yang baru. Menurut literatur, usaha untuk mengorganisasikan pendekatan utama mengenai kepemimpinan hanya setengah sukses.(Yulk, 2002).[15]
Sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu, tak dapat dipungkiri bahwa teori kepemimpinan memang akan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zamannya.
Dinamika lingkungan kini dengan perubahan-perubahan yang mengalir begitu cepat, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, transportasi serta teknologi di bidang manufaktur juga turut menjadi faktor pengaruh dalam perubahan teori kepemimpinan. Karena dalam era global seperti saat ini, dunia seakan menjadi tanpa batas, mobilitas sumberdaya menjadi semakin cepat, informasi menjadi instan, maka organisasi tentunya akan dihadapkan pada berbagai peluang dan sekaligus tantangan yang semakin kompleks.[16]
Dalam menciptakan keunggulan dari persaingan organisasi, kini lebih difokuskan pada persaingan sumber daya dan kompetensi. Intinya, organisasi harus selalu harmoni dengan perubahan dan berpandangan jauh ke depan sehingga tidak selalu tertinggal dengan perubahan, sebaliknya akan menjadi pemimpin perubahan itu sendiri.
Dalam kondisi tersebut, tentulah seorang pemimpin yang akan memainkan peranan pentingnya. Dan menarik untuk dicermati bahwa hampir setiap aspek kerja dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan (Overton, 2002). Artinya, kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam membangun kapabilitas dan kompetensinya untuk memenangkan persaingan secara berkelanjutan.
Adapun tipe kepemimpinan yang sekiranya dibutuhkan untuk mengawal sebuah organisasi dalam menghadapi era masa depan yang tentunya penuh peluang dan juga tantangan, diantaranya :
1.      Pemimpin yang memiliki visi jauh kedepan
2.      Pemimpin yang memiliki sense of change yang tinggi
3.      Pemimpin yang sadar akan posisinya di tengah-tengah lingkungan yang terus berubah
4.      Pemimpi yang tidak hanya menjadi agen perubahan tetapi sekaligus memimpin perubahan itu sendiri
5.      Pemimpin strategis yang memiliki sense of business yang tinggi, mampu bertindak proaktif, kreatif dan inovatif
6.      Pemimpin yang mampu menumbuhkan motivasi seluruh elemen organisasi
7.      Pemimpin yang mampu mendesain tata kelola organisasi yang baru untuk dapat memuaskan seluruh stakeholdernya
8.      Pemimpin yang mampu keluar dari tradisi organisasi yang memang sudah tidak relevan
9.      Pemimpin yang berani berfikir beda untuk menciptakan peluang dan mewujudkan mimpi organisasi
10.  Pemimpin yang memiliki mindset yang holistik (lintas budaya, lintas fungsi, lintas bahasa, dan lintas kapabilitas)























BAB III
PENUTUP

Dari apa yang telah diuraikan tentang pendekatan atau teori model-model kepemimpinan, membuat kita semakin jelas bahwa dari berbagai pendekatan-pendekatan muncul berbagai macam gaya yang dihasilkan dari berbagai penelitian atau observasi yang dilakukan di zamannya.
Hal ini membuat kita mudah untuk mengklasifikasikan berbagai tipe kepemimpinan dengan berbagai perilaku pemimpin yang terjadi di lapangan. Dan tentunya, hal yang paling penting adalah bagaimana mensinergikan berbagai pendekatan kepemimpinan tersebut, baik sifat, perilaku maupun kontingensi untuk memajukan sebuah organisasi menjadi lebih baik lagi.
Teori kepemimpinan memang akan selalu mengalami perkembangan dan perubahan agar sesuai dengan zamannya. Untuk menghadapi itu semua tentu sebagai seorang pemimpin harus mampu menempatkan dirinya sesuai dengan porsinya, terus mengembangkan diri.
Dan bagi para karyawan atau pegawai juga harus mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik karyawan yang baik sehingga antara pemimpin dan karyawan terjadi sebuah sinergi dalam menajalankan sebuah organisasi, terutama untuk menghadapi era masa depan yang tentunya akan semakin kompleks lagi.










DAFTAR PUSTAKA

Amirullah dan Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hasibuan, Malayu S,P, 2002. Manajemen Suber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah. Yogyakarta: Multi Presindo

Internet :

subliyanto.wordpress.com





[1] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), hal. 139
[2] Ibid.
[3] Ibid, hal.140
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 32
[7] Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), hal. 172
[8] Ngalim Purwanto, loc.cit
[9] Ibid, hal. 174
[10] Ibid, hal. 37-38
[12] Ngalim Purwanto, op.cit. hal. 41
[13] Ngalim Purwanto, op.cit. hal. 44
[14] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), hal.137
[15] Ibid. hal. 138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 10 BANJARMASIN

      PENDAHULUAN 1.    Latar Belakang Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhny...